Batu Bara

Kenaikan Permintaan dari China dan India Dorong Harga Batu Bara Menguat

Kenaikan Permintaan dari China dan India Dorong Harga Batu Bara Menguat
Kenaikan Permintaan dari China dan India Dorong Harga Batu Bara Menguat

JAKARTA - Harga batu bara global menunjukkan pergerakan positif dengan mayoritas kontrak berjangka mencatatkan penguatan. 

Meski tidak seragam, kenaikan harga pada beberapa kontrak memperlihatkan adanya dukungan dari meningkatnya permintaan dua negara raksasa Asia, yakni China dan India.

Harga batu bara Newcastle untuk Oktober tercatat melemah tipis sebesar US$ 0,3 menjadi US$ 103,7 per ton. Namun, untuk kontrak November, harga justru menguat sebesar US$ 0,2 menjadi US$ 106,7 per ton, dan pada Desember naik lagi sebesar US$ 0,3 menjadi US$ 108,25 per ton. 

Pergerakan ini menunjukkan adanya potensi kenaikan harga dalam jangka menengah seiring dengan meningkatnya aktivitas industri di kedua negara tersebut.

Sementara itu, di pasar Eropa, harga batu bara Rotterdam juga memperlihatkan pola yang mirip. Untuk kontrak Oktober melemah tipis US$ 0,25 menjadi US$ 91,8 per ton. Namun pada kontrak November, harga naik US$ 0,35 menjadi US$ 95, dan pada Desember kembali menguat sebesar US$ 1 menjadi US$ 96,5 per ton. 

Kondisi ini menggambarkan bahwa walaupun terjadi fluktuasi jangka pendek, tren penguatan harga batu bara secara umum masih terjaga menjelang akhir tahun.

Permintaan China dan India Jadi Penopang Kenaikan Harga

Kenaikan harga batu bara yang terjadi belakangan ini tidak terlepas dari prospek permintaan yang solid dari China dan India. Kedua negara tersebut masih menjadi konsumen utama energi fosil, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik dan sektor industri berat. 

Dalam laporan terbaru S&P Global, disebutkan bahwa pasar batu bara metalurgi di kawasan Asia tengah menanti dorongan permintaan yang lebih besar dari China pada kuartal IV tahun ini.

China diketahui terus meningkatkan aktivitas industri baja dan manufaktur seiring dengan stabilnya ekonomi domestik. 

Kondisi serupa juga terjadi di India, di mana pemerintah memperkuat program peningkatan kapasitas listrik nasional untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuat permintaan batu bara untuk sektor energi dan industri tetap tinggi.

Selain itu, dukungan permintaan dari kedua negara tersebut menjadi penyeimbang di tengah tekanan harga global akibat kelebihan stok di beberapa wilayah. Permintaan tinggi di Asia menjadi salah satu faktor utama yang menjaga harga batu bara agar tidak jatuh lebih dalam.

Stok dan Konsumsi India Dorong Pergerakan Harga

Dari sisi stok, India mencatat kenaikan signifikan pada persediaan batu bara untuk pembangkit listriknya. Data terbaru menunjukkan bahwa hingga pertengahan Oktober, stok batu bara India mencapai 44,7 juta ton, naik 31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Peningkatan stok ini menandakan adanya kesiapan India dalam menghadapi musim puncak konsumsi energi.

Namun demikian, kenaikan stok juga bisa menekan kebutuhan impor jangka pendek. Jika pasokan domestik mencukupi, maka permintaan impor akan berkurang, yang berpotensi menekan harga batu bara termal di pasar global. 

Meski demikian, para analis memperkirakan bahwa tekanan ini bersifat sementara karena permintaan energi masih cenderung meningkat di kuartal akhir tahun, seiring dengan naiknya kebutuhan industri dan konsumsi rumah tangga.

Data juga menunjukkan bahwa harga batu bara termal global berada pada kisaran US$ 103,45 per ton, atau menyentuh level terendah sejak September. Kondisi tersebut menggambarkan adanya stabilisasi harga setelah periode volatilitas tinggi sepanjang kuartal sebelumnya.

Prospek Positif Harga Batu Bara Indonesia

Dari sisi regional, harga batu bara Indonesia juga menunjukkan tren penguatan. Benchmark harga batu bara Indonesia untuk awal Oktober tercatat naik sekitar 3,33%. Kenaikan ini menjadi sinyal positif bagi pelaku industri dan eksportir batu bara nasional, terutama karena kontribusi permintaan dari negara-negara Asia masih besar.

Penguatan harga batu bara Indonesia mencerminkan daya saing komoditas nasional di pasar global, sekaligus menjadi faktor pendukung penerimaan negara dari sektor energi. 

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik dan pemulihan industri di berbagai kawasan, peluang ekspor batu bara Indonesia diperkirakan tetap terjaga hingga akhir tahun.

Secara keseluruhan, tren penguatan harga batu bara global menggambarkan keseimbangan baru antara pasokan dan permintaan. Meski terdapat tekanan dari kenaikan stok di India dan surplus pasokan di beberapa wilayah, dukungan dari permintaan China dan India menjadi faktor utama yang menjaga kestabilan pasar. 

Dengan kondisi ini, pelaku industri diharapkan dapat memanfaatkan momentum positif untuk memperkuat produksi dan menjaga keberlanjutan pasokan energi bagi berbagai sektor ekonomi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index