JAKARTA - PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penurunan kinerja keuangan sepanjang sembilan bulan pertama 2025.
Penjualan bersih emiten rokok ini tercatat sebesar Rp83,74 triliun, turun 5,34% dibanding periode yang sama sebelumnya. Laba bersih perusahaan pun melemah 13,65% menjadi Rp4,51 triliun, lebih rendah dari Rp5,22 triliun setahun sebelumnya.
Penurunan ini mencerminkan dinamika industri rokok nasional, termasuk pergeseran pola konsumsi dan tantangan ekonomi. Meski demikian, secara year to date (YtD), saham HMSP tetap mencatatkan kenaikan 37,80%, menunjukkan ketahanan fundamental perusahaan di tengah fluktuasi pasar.
Pergerakan harga saham HMSP di lantai bursa sempat melemah 3,85% ke posisi Rp875 per saham. Meski terjadi koreksi jangka pendek, sejumlah analis tetap memberikan rekomendasi optimistis bagi saham HMSP.
Dari 14 analis yang mengamati, 11 di antaranya memberikan rating buy, dua analis menyarankan hold, dan satu merekomendasikan sell. Hal ini menunjukkan bahwa investor menilai saham HMSP masih memiliki potensi pertumbuhan jangka menengah hingga panjang.
Strategi dan Segmentasi Produk HMSP
H.M. Sampoerna Tbk. menghadapi dinamika penjualan yang berbeda antar segmen produk. Volume penjualan sepanjang sembilan bulan pertama 2025 turun 3,6% YoY, lebih baik dibanding kontraksi industri rokok yang mencapai 7,1% YoY.
Tren ini menunjukkan adanya pergeseran konsumen ke produk yang lebih terjangkau, fenomena yang dikenal sebagai downtrading.
Segmen sigaret kretek mesin (SKM) masih mendominasi penjualan dengan kontribusi 54,25% dari total penjualan bersih. Meski demikian, penjualan SKM turun 10,06% menjadi Rp45,43 triliun.
Sementara itu, segmen sigaret putih tangan (SPT) mencatatkan pertumbuhan 11,25% menjadi Rp720,93 miliar, meski porsinya masih kecil sebesar 0,86%. Sedangkan segmen sigaret kretek tangan (SKT) menyumbang 34,44% dari total penjualan dan mengalami penurunan moderat 2,12% menjadi Rp28,84 triliun.
Proyeksi Perbaikan Kinerja Saham HMSP
Analis menilai ke depan kinerja HMSP akan membaik seiring faktor eksternal dan strategi internal perusahaan. Koreksi penurunan volume diproyeksikan semakin kecil pada 2026, yakni sekitar -1,1% YoY.
Hal ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk kebijakan cukai rokok yang dipastikan tidak naik untuk kedua kalinya, daya beli masyarakat yang lebih kuat, serta penegakan hukum terhadap perdagangan rokok ilegal yang semakin ketat. Eksposur HMSP yang besar pada segmen SKT juga menjadi pendorong stabilitas penjualan.
Selain itu, penjualan produk bebas asap seperti IQOS menunjukkan tren positif yang signifikan. Dalam sembilan bulan pertama 2025, penjualan IQOS meningkat 49,42% YoY menjadi Rp1,79 triliun, meski kontribusinya baru mencapai 2,13% dari total penjualan.
Secara volume, produk bebas asap ini mencatatkan kenaikan 63,5% sepanjang semester pertama 2025, setelah sebelumnya tumbuh 78% sepanjang 2024. Pangsa pasar IQOS juga meningkat menjadi 7,5% dibanding 5,3% pada 2024, menandai pergeseran konsumsi di kalangan perokok berpenghasilan tinggi menuju produk bebas asap.
Rekomendasi Analis dan Harapan Investor
Ciptadana Sekuritas menilai HMSP tetap menarik bagi investor meski laba kuartal III 2025 menurun. Analis Putu Chantika Putri menegaskan bahwa target harga HMSP berada pada level Rp950 per saham, didukung ekspektasi perbaikan kinerja dan stabilitas industri rokok nasional.
Investor diharapkan memperhatikan tren segmen produk dan strategi diversifikasi perusahaan yang fokus pada pertumbuhan jangka panjang melalui produk bebas asap.
Selain itu, pergeseran konsumen dan kebijakan fiskal yang kondusif diproyeksikan membantu menstabilkan pendapatan HMSP pada tahun-tahun mendatang. Dengan kombinasi segmen SKT yang stabil dan inovasi pada produk bebas asap, HMSP berpotensi mempertahankan posisi pasar sekaligus menarik investor baru.
Analisis ini menegaskan bahwa saham HMSP tetap menjadi pilihan menarik bagi mereka yang mencari peluang investasi dalam sektor rokok dengan potensi imbal hasil jangka menengah hingga panjang.