Optimisme Pertumbuhan Kredit Bank OJK Dorong Ekonomi Nasional

Jumat, 12 September 2025 | 09:30:21 WIB
Optimisme Pertumbuhan Kredit Bank OJK Dorong Ekonomi Nasional

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan optimisme terhadap pertumbuhan kredit perbankan yang diproyeksikan tetap sesuai target di kisaran 9 hingga 11 persen pada 2025, meskipun data per Juli 2025 menunjukkan pertumbuhan kredit melambat menjadi 7,03 persen secara tahunan (year on year/yoy). Optimisme ini muncul dari keyakinan bahwa perlambatan kredit bersifat siklikal, bukan indikasi pelemahan struktural jangka panjang, sehingga sektor perbankan masih memiliki ruang ekspansi.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa perlambatan pertumbuhan kredit merupakan pergerakan normal dalam siklus ekonomi. “Perlambatan tersebut bersifat siklikal dan merupakan bagian dari dinamika ekonomi yang wajar, bukan tanda pelemahan struktural jangka panjang,” ujar Dian. Dengan kata lain, kondisi ini tidak mengurangi potensi perbankan untuk tetap menyalurkan kredit secara agresif dalam beberapa bulan ke depan.

Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan III 2025 menunjukkan ekspektasi positif terhadap kinerja perbankan, tercermin dari Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 83. “Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa kredit masih akan tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan kredit serta didukung dengan usaha bank dalam melakukan ekspansi kredit pada pipeline yang tersedia,” jelas Dian. Angka ini menunjukkan bank-bank masih menaruh kepercayaan terhadap prospek pasar, meski ada penyesuaian strategi akibat kondisi global dan domestik.

Selain itu, indikator manufaktur juga memberikan sinyal positif. PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 naik menjadi 51,5, menandakan pemulihan aktivitas produksi. Kenaikan ini turut memperkuat ekspektasi bahwa permintaan kredit akan tetap meningkat karena sektor riil menunjukkan tanda-tanda pemulihan. OJK meyakini, pemantauan terhadap pencapaian penyaluran kredit pada triwulan III 2025 akan menegaskan tren kenaikan kredit yang sesuai target tahun 2025.

Meski optimisme tetap tinggi, OJK mengakui adanya penyesuaian Rencana Bisnis Bank (RBB) oleh sebagian besar bank. Revisi ini dilakukan untuk menyesuaikan target pertumbuhan kredit dengan kondisi perekonomian global dan domestik yang masih penuh dinamika. Dian menekankan, penyesuaian ini bersifat umum dan konservatif, namun beberapa bank tetap meningkatkan target pertumbuhan kreditnya. “OJK menilai bahwa sasaran yang ditetapkan sesuai hasil revisi tersebut masih tetap kontributif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” imbuh Dian.

Data per Juli 2025 menunjukkan penyaluran kredit nasional tumbuh 7,03 persen yoy menjadi Rp8.043,2 triliun. Sementara itu, undisbursed loan naik 9,52 persen, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,89 persen. Kondisi ini menunjukkan kelonggaran tarik kredit yang dapat dimanfaatkan oleh debitur untuk ekspansi usaha, sehingga menambah ruang bagi pertumbuhan kredit di sisa tahun ini.

Dari sisi risiko, OJK mencatat rasio kredit macet (NPL) tetap terjaga di bawah 3 persen, sementara tren coverage pencadangan CKPN relatif stabil. Hal ini mencerminkan kualitas portofolio kredit perbankan masih sehat dan mampu menahan guncangan ekonomi. Selain itu, likuiditas perbankan masih memadai dengan AL/DPK dan AL/NCD berada di atas threshold masing-masing 10 persen dan 50 persen. LDR juga tetap berada di jalur aman, melebihi batas bawah 78 persen tanpa melebihi batas atas 92 persen.

Kondisi likuiditas yang sehat ini menjadi salah satu faktor pendorong OJK meyakini bahwa perbankan masih memiliki ruang untuk menyalurkan kredit. Dian menegaskan, meskipun ada ketidakpastian global dan dinamika domestik, perbankan tetap memiliki kapasitas ekspansi. “Kondisi demikian mengindikasikan bahwa pada dasarnya perbankan masih memiliki ruang untuk melanjutkan penyaluran kredit. Namun, kondisi ketidakpastian global dan dinamika domestik menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan kredit,” kata Dian.

Optimisme OJK juga didukung oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif. Percepatan belanja pemerintah dan upaya menarik investasi domestik diharapkan mendorong permintaan kredit dari sektor swasta. Kenaikan aktivitas manufaktur, investasi, dan konsumsi menjadi faktor-faktor yang memperkuat keyakinan bahwa kredit perbankan akan kembali meningkat sesuai target 2025.

Dengan berbagai indikator positif ini, OJK menekankan bahwa penyaluran kredit tetap menjadi instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya menjaga kualitas aset, likuiditas, dan stabilitas perbankan memungkinkan sektor keuangan berperan optimal dalam mendukung pembangunan ekonomi. Optimisme OJK terhadap kredit yang tetap tumbuh sesuai target tahun ini juga menjadi sinyal bahwa sektor perbankan siap menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang yang ada.

Secara keseluruhan, meskipun pertumbuhan kredit mengalami perlambatan sementara, kondisi fundamental perbankan tetap kuat. Revisi RBB yang dilakukan oleh bank bersifat strategis untuk menyesuaikan dinamika ekonomi tanpa mengurangi kontribusi perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi. OJK menilai bahwa kondisi ini menciptakan peluang bagi sektor perbankan untuk mendukung pemulihan ekonomi yang lebih luas, meningkatkan investasi, dan menstimulasi permintaan kredit di berbagai sektor.

Dengan landasan tersebut, OJK menegaskan keyakinannya bahwa pertumbuhan kredit perbankan akan tetap mencapai target 9–11 persen pada tahun 2025. Optimisme ini bukan sekadar proyeksi angka, tetapi didasarkan pada data, indikator manufaktur, likuiditas bank, kualitas kredit, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi yang terus positif. Dukungan regulasi, pengawasan, dan strategi perbankan yang adaptif menjadi kunci agar kredit perbankan tetap berperan sebagai penggerak utama ekonomi nasional.

Terkini