JAKARTA - Suara dentuman keras disertai kemunculan bola api terang di langit Cirebon, Jawa Barat, menarik perhatian publik.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kertajati kini tengah mengumpulkan data awal untuk memastikan sumber fenomena tersebut. Peristiwa ini terjadi di beberapa wilayah Cirebon bagian timur, terutama di kawasan Lemahabang, sekitar pukul 19.00 WIB.
Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati, Muhammad Syifaul Fuad, menjelaskan bahwa pihaknya masih melakukan pengumpulan informasi dari berbagai sumber, termasuk laporan masyarakat yang menyebut adanya cahaya terang di langit diikuti suara dentuman keras.
Kondisi Cuaca Saat Kejadian
Fuad menyebut, dari sisi meteorologi, dentuman keras di langit bisa saja disebabkan oleh sejumlah faktor alam seperti sambaran petir, aktivitas gempa bumi, maupun longsor besar.
Namun, ia memastikan bahwa kondisi cuaca di wilayah Cirebon dan sekitarnya pada saat kejadian dalam keadaan cerah berawan tanpa tanda-tanda ekstrem.
“Biasanya suara ledakan atau getaran dapat muncul dari awan konvektif akibat sambaran petir. Berdasarkan citra satelit, tidak ada indikasi awan konvektif di sekitar wilayah Cirebon saat kejadian,” jelas Fuad.
Dengan demikian, dugaan penyebab dari aspek meteorologi seperti badai petir atau aktivitas atmosfer dinilai kecil. BMKG memastikan tidak ada indikasi cuaca ekstrem yang bisa memicu suara dentuman besar pada waktu tersebut.
BMKG Tegaskan Tidak Ada Aktivitas Cuaca Ekstrem
Hingga kini, hasil pemantauan BMKG Kertajati belum menunjukkan adanya aktivitas getaran atau perubahan signifikan pada kondisi atmosfer di wilayah Cirebon. Fuad menambahkan, tidak terdapat catatan adanya fenomena meteorologis yang bisa dikaitkan langsung dengan suara dentuman atau kemunculan bola api di langit.
“Pantauan kami hingga saat ini tidak menunjukkan adanya aktivitas cuaca ekstrem maupun fenomena signifikan yang berkaitan dengan meteorologi di wilayah tersebut,” ujarnya.
Fuad juga menegaskan bahwa fenomena bola api kemungkinan besar bukan berasal dari aktivitas meteorologi, karena lembaganya tidak memiliki instrumen khusus untuk mendeteksi pergerakan benda langit. Oleh sebab itu, BMKG bekerja sama dengan lembaga lain untuk mengonfirmasi dugaan penyebabnya.
Kewenangan Lembaga Antariksa dan Tindak Lanjut
Lebih lanjut, Fuad menjelaskan bahwa fenomena yang berhubungan dengan benda langit atau meteor bukan merupakan ranah BMKG, melainkan lembaga antariksa nasional seperti BRIN yang memiliki perangkat pemantau benda langit. “Terkait fenomena meteor atau benda antariksa merupakan kewenangan lembaga yang membidanginya seperti BRIN,” tuturnya.
Kendati demikian, BMKG Kertajati tetap melakukan pemantauan berkelanjutan terhadap data atmosfer dan laporan dari masyarakat untuk memastikan bahwa tidak ada potensi bahaya yang timbul akibat fenomena tersebut.
Dari sejumlah laporan warga, fenomena ini sempat menimbulkan kepanikan. Beberapa saksi mata mengaku melihat cahaya terang seperti bola api meluncur cepat di langit sebelum menghilang di kejauhan, diikuti dengan suara dentuman keras
“Suara dentumannya terdengar jelas, bahkan kaca jendela sempat bergetar,” ujar salah seorang warga Lemahabang. Fenomena ini kini menjadi perhatian berbagai lembaga, termasuk BMKG dan BRIN, yang terus menelusuri kemungkinan asal suara dan cahaya tersebut.
Hingga laporan terakhir, belum ada tanda-tanda dampak negatif atau kerusakan yang disebabkan oleh kejadian tersebut.
Fenomena langka berupa dentuman keras disertai bola api di langit Cirebon masih terus dikaji. BMKG menegaskan bahwa penyebabnya tidak berasal dari faktor meteorologis, sementara lembaga antariksa seperti BRIN diharapkan dapat memberikan penjelasan lebih detail terkait kemungkinan asal benda langit tersebut.
Dengan pengumpulan data yang lebih lengkap, diharapkan fenomena ini dapat diidentifikasi secara ilmiah tanpa menimbulkan spekulasi di masyarakat. Masyarakat pun diimbau untuk tetap tenang dan menunggu hasil resmi dari lembaga berwenang.