JAKARTA - Harga kebutuhan pokok di Banyumas dalam beberapa hari terakhir menunjukkan fluktuasi. Beberapa komoditas mengalami kenaikan, sementara yang lain justru menurun. Fenomena ini dirasakan langsung oleh pedagang dan konsumen di Pasar Manis Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Perubahan harga ini menjadi perhatian penting karena memengaruhi daya beli masyarakat serta strategi belanja harian. Mengetahui tren harga dapat membantu konsumen merencanakan pengeluaran dan mengantisipasi kenaikan biaya kebutuhan pokok.

Kenaikan Harga Telur dan Minyak Goreng

Pemilik toko sembako Putri Kembar, Tri Murni (51), menyampaikan bahwa harga telur ayam yang sebelumnya Rp25.500 per kilogram kini naik menjadi Rp28.000. Minyak goreng curah juga mengalami kenaikan dari Rp19.000 menjadi Rp19.500 per liter.

Selain harga, pasokan beberapa jenis beras, seperti Raja Lele dan beras merah, juga mulai terbatas. Hal ini menjadi tantangan bagi pedagang dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

“Ini mulai minggu sekarang baru terlihat harga telur sudah naik. Yang tadinya kami jual Rp25.500 sekarang mencapai Rp28.000. Minyak goreng curah juga naik dari Rp19.000 menjadi Rp19.500. Kendalanya, beras sekarang agak susah dicari, seperti Raja Lele sama beras merah. Kalau IR dan Pandan masih ada,” ujarnya.

Perubahan Harga Gula dan Kebutuhan Pokok Lainnya

Pedagang lain, Cikem (58), menambahkan bahwa beberapa komoditas yang paling dicari konsumen adalah minyak goreng, gula, dan kebutuhan pokok harian lainnya. Ia menyebut harga gula pasir turun dari Rp18.000 menjadi Rp16.000 per kilogram.

Perubahan harga ini memengaruhi perilaku pembeli. Konsumen cenderung menyesuaikan belanja mereka berdasarkan ketersediaan dan harga, sehingga pedagang harus pandai mengatur stok dan strategi penjualan.

“Yang paling dicari itu minyak, beras, tepung terigu, gula. Kalau gula kemarin Rp18.000, sekarang menjadi Rp16.000,” tambah Cikem.

Tantangan Pedagang dan Harapan Stabilitas

Fluktuasi harga tidak hanya berdampak pada konsumen, tetapi juga pada pedagang. Kenaikan harga membuat pedagang harus menyesuaikan harga jual tanpa kehilangan pelanggan, sementara penurunan harga bisa menurunkan margin keuntungan.

Tri Murni dan Cikem berharap pemerintah dapat menjaga kestabilan harga sembako. Mereka menekankan bahwa harga yang stabil tidak hanya meringankan beban masyarakat, tetapi juga mendukung kelangsungan usaha pedagang kecil.

“Kami berharap pemerintah dapat menjaga harga tetap stabil dan tidak menaikkan pajak yang memberatkan. Dengan begitu, konsumen terbantu dan usaha pedagang tetap berjalan lancar,” ujar Tri Murni.

Strategi Konsumen Menghadapi Fluktuasi Harga

Bagi konsumen, perubahan harga sembako menjadi sinyal untuk lebih bijak dalam mengatur belanja. Mengawasi tren harga mingguan, membeli dalam jumlah yang sesuai kebutuhan, serta memanfaatkan promosi bisa membantu menekan pengeluaran.

Selain itu, menyiapkan alternatif merek atau jenis sembako juga menjadi strategi penting ketika beberapa produk mulai langka atau mengalami kenaikan harga signifikan. Misalnya, memilih jenis beras lain yang masih tersedia atau menyesuaikan pembelian gula dan minyak goreng dengan kebutuhan harian.

Perubahan harga sembako di Banyumas, termasuk telur, minyak goreng, gula, dan beras, menunjukkan dinamika pasar yang terus bergerak. Fluktuasi ini menuntut kesadaran pedagang dan konsumen dalam menyesuaikan strategi penjualan dan belanja.

Pedagang berharap stabilitas harga dapat terjaga untuk meringankan beban konsumen sekaligus menjaga keberlangsungan usaha. Sementara konsumen disarankan memantau harga, menyiapkan alternatif, dan berbelanja secara bijak agar kebutuhan pokok tetap terpenuhi tanpa membebani anggaran rumah tangga.

Dengan pemantauan harga yang cermat dan kesiapan menghadapi fluktuasi, masyarakat Banyumas dapat tetap menjalani aktivitas sehari-hari dengan lancar dan mengantisipasi perubahan pasar sembako.